06 Jun 2010

HUKUM HADIAH BACAAN AL-QURAN KEPADA JENAZAH

Persoalan mengenai bid’ah sebenarnya telah diselesaikan oleh ulama  terdahulu dan sekarang ini  dimunculkan kembali oleh golongan yang tidak memahami khilaf ijtihad ulama yang kemudian mengatakan bahwa ia adalah bid’ah sesat walaupun sudah ada dalil dan hujjah dari al Quran dan hadith.

Sekiranya ada yang mengatakan bacaan al Quran dan doa yang dipanjatkan seorang muslim kepada orang muslim yang telah meninggal itu tidak sampai kepada simayyit, maka tidak patut mengatakan hal itu sebagai bid’ah, kerana hasil ijtihad yang mengatakan hukum bacaan Alqur-an yang dihadiahkan kepada orang yang telah meninggal dunia itu” boleh” adalah hasil dari pengkajian ulama dari al Quran dan hadith sebelum mengeluarkan hukum bahwa sampainya pahala kepada si mayyit. Ulama terdahulu apabila berbeda pendapat, mereka tidak akan membid’ahkan pendapat ulama yang membolehkan.

Menurut Prof Dr Wahbah az Zuhaili Mazhab Imam Ahmad dan Jumhur salaf dan mazhab empat dan di antara mereka Malikiyah dan Syafi’iyah yang kemudian berpendapat sampainya pahala amalan tersebut.

Imam Abu Hanifah r.a berpendapat : “Segala pahala dari sedekah dan lainnya sampai kepada mayat. Beliau juga berkata : “Bacalah ayat Kursi tiga kali’ dan “qul huwAllahu Ahad” dan katakanlah : “Ya Allah, Ya Tuhan kami, pahalanya untuk ahli kubur.”

Dalil dari Al Quran

Asy Sya’ani juga menyebutkan dalil pendapat kedua dari KitabuLLah, sunnah dan ijmak serta kaedah syariat Yang mengatakan bahwa mayat mendapat manfaat atas apa yang dilakukan oleh orang-orang yang masih hidup untuknya. Adapun dalil dari Al Quran adalah firman Allah s.w.t yang bererti :

“Dan orang-orang (Islam) yang datang kemudian daripada mereka (berdoa dengan tangan), berkata : “Wahai Tuhan kami! Ampunkanlah dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam iman………..” (Al Hasyr : 10)

Maka Allah s.w.t memuji mereka atas Doa permohonan ampunan yang dipanjatkan mereka kepada kaum Mukminin sebelum mereka. Maka hal itu menunjukkan bahwa mayat mendapat manfaat dari doanya orang-orang yang masih hidup adalah kesepakatan umat atas doa terhadap mereka dalam solat jenazah.

Juga telah menjadi ijmak Ulama bahwa membayar hutang orang yang sudah meninggal adalah wajib dibayarkan oleh yang masih hidup baik dari kerabatnya maupun bukan . Dan jika orang yang masih hidup memiliki hak kepada orang yang sudah meninggal, lalu ia menggugurkan haknya dan mengikhlaskannya, maka hal itu boleh sangat dianjurkan dan dapat membebaskan beban orang yang sudah meninggal.

Dalil Dari Hadith :

Ibn Hibban dalam kitab sahihnya meriwayatkan hadith Jundab bin AbdiLLah, Rasulullah s.a.w bersabda :

“Surah al Baqarah adalah tulang belakang al Quran, ia diturunkan oleh delapan puluh malaikat dengan membawa satu persatu ayat. Sedangkan ayat Kursi diturunkan dengan membawa satu persatu ayat. Sedangkan ayat kursi diturunkan dari bawah Arsy’. kemudian ia dikumpulkan dengan ayat-ayat surah al Baqarah. Surah Yasin pula adalah hati al Quran, tidak ada orang yang membacanya dengan mengharap redha Allah dan pahala akhirat melainkan dia akan mendapat ampunan dari-Nya. Bacalah surah Yasin untuk saudara-saudara kamu yang telah meninggal dunia.”

(Ditakhrij oleh Ibn Hibban di dalam Kitab Sahihnya pada bab Fadhilat Surah al Baqarah.)

Demikian juga al Haithami meriwayatkannya di dalam kitab Mawarid al Dzam’an, (jilid V, h 397). Imam Ahmad juga meriwayatkannya di dalam al Musnad dari Ma’qal bin Yasar (jilid v h 26). Al Haithami mengulas hadith tersebut di dalam kitab Majma’ al Zawaid, “Hadith tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, di dalamnya ada salah seorang perawi yang tidak disebut namanya, bagaimanapun perawi perawi lainnya adalah sahih (jilid VI h 311)

Pendapat dari Imam An Nawawi :

Imam Nawawi berkata “Adalah sunnah hukumnya bagi para penziarah kubur untuk mengucapkan salam kepada mereka (penghuni kubur), mendoakan kepada orang yang diziarahi dan juga kepada ahli kubur semuanya. Lebih utama lagi, jika penziarah itu membaca doa-doa yang telah diterangkan dalam al hadith. Dan hukumnya sunnah pula membaca ayat-ayat al Quran dan setelah itu mendoakan para penghuni kubur. Ini semua adalah nas (pendapat) dari Imam al Syafi’ie dan disepakati oleh murid-muridnya (para pengikutnya).

Imam al Nawawi, al majmu’ syarh al muhazzab jilid V h 286.

Pendapat Imam Ahmad :

Imam Ahmad pada mulanya pernah melarang seorang buta dari membaca al Quran di atas kubur, kemudian beliau (imam Ahmad) mengizinkannya setelah mendengar khabar yang mengatakan Ibnu Umar pernah berwasiat supaya dibacakan permulaan dan penghujung surah al Baqarah di sisinya ketika dikebumikan. Kisah ini disebut oleh Ibnu Qudamah di dalam kitabnya ‘Al Mughni (2/567) di dalam Bab: Ziarah Kubur.

Berdoalah kepada Allah s.w.t agar pahala kita membaca ayat al Quran sampai kepada si mayyit kerana Allah sendiri telah berfirman yang artinya :


“Dan Tuhan kamu berfirman: “Berdoalah kamu kepadaKu niscaya Aku perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong takabur daripada beribadat dan berdoa kepadaKu, akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (Al-Mukmin:60).Mengenai masalah hukum sampainya bacaan Al-Quran dan do’aini juga disepakati dan dianjurkan oleh Ulama – ulama sekarang  seperti : Profesor Dr Sayyid Muhammad ‘Alawi Almaliki Al Hasani, Dr Abd Malik Abd Rahman As Sa’adi, dan Ulama – ulama besar lainnya.


Sumber Rujukan :

   1. Prof Dr Sayyid Muhammad ‘Alawi Al Maliki Al Hasani, Kajian Mendalam ke Atas Manfaat Amalan Orang Hidup Terhadap
       Arwah, Tahqiq al amal fi ma yan fa’u al mayyitu min al a’mal.

   2. Dr Abd Malik Abd Rahman As Sa’adi, Salah Faham Terhadap Bid’ah, al Bid’ah fi al mafhum al islami ad daqiq.

   3. Prof Dr Wahbah Az Zuhaili, Fatwa-fatwa Semasa, al Fatawa al mu’asaroh.

   4. Dr Mustofa al Khin, Dr Mustofa al Bugho & Ali Asy Syarbaji, Kitab Fikah Mazhab Syafie, al Fiqhu al Manhaji.

WAllahua’lam

Tiada ulasan:

Catat Ulasan